Apa Itu Psikologi

Sebelum membahas tentang psikologi, perlu di ketahui bahwa psikologi bukanlah pelajaran mengenai meramal tentang manusia, akan tetapi psikologi secara harfiah dimengerti sebagai “ilmu jiwa”.

Kenapa ilmu jiwa?

Sebelum menjelaskan tentang ilmu jiwa. Untuk acuan dalam memahaminya, saya akan menjelaskan psikologi secara etimologi dan terminologi.


Etimologi dan Terminologi

Psikologi secara etimologi berasal dari kata psyche dan logos. Psyche yang memiliki arti “nyawa” atau “jiwa”, sedangkan logos yang memiliki arti ‘ilmu’. Dengan demikian psikologi secara terminologi dapat di terjemahkan menjadi “ilmu yang mempelajari tentang jiwa”.


Perilaku

Jiwa yang dimaksud disini masih terlalu abstrak untuk dimengerti, sedangkan ilmu pengetahuan menghendaki objeknya agar bisa di amati, dicatat, dan diukur. Oleh karena itu psikologi berkembang luas dan karena dituntut untuk mempunyai ciri-ciri sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan.

Maka J.B. Watson (1878-1958), ini membawa para ahli yang memandang bahwa psikologi sebagai “ilmu yang mempelajari perilaku”.

Karena perilaku dianggap lebih mudah untuk diamati, dicatat dan diukur. Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang adalah perilaku siapa?

Jawabannya adalah seluruh organisme, organisme yang dimaksud disini merupakan subjek perilaku dan perilakunya akan menjadi objek dari psikologi. Psikologi itu sendiri merupakan ilmu yang mempelajari entitas biososial, karena setiap organisme mempunyai satu kesatuan sistem biologis dan juga sosial, yang mencakup dari binatang bersel satu sampai dengan manusia.


Ciri-ciri Perilaku

Perilaku mengenal berbagai tingkatan, ada perilaku sederhana dan stereotip seperti perilaku binatang bersel satu, ada juga perilaku yang kompleks seperti dalam perilaku sosial manusia itu sendiri. Ada perilaku yang sederhana seperti refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental-fisiologis yang lebih tinggi.

Meskipun demikian, arti dari perilaku disini tidak hanya dilihat dari kasat mata saja seperti makan, membunuh, menangis dan lain-lain, namun perilaku disini juga dapat mencakup perilaku tak kasat mata seperti fantasi, motivasi (mengapa mereka makan atau membunuh), atau bahkan proses yang terjadi ketika seseorang tidak bergerak (tidur).


Perilaku secara sadar dan tidak sadar

Perilaku bisa disadari dan tidak disadari. Walau sebagian besar perilaku sehari-hari dapat kita sadari, tetapi penyebabnya mungkin tidak akan dapat diamati secara langsung dan terkadang kita bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa kita berperilaku seperti ini.

Perilaku dapat menjadi bervariasi tergantung dari jenis-jenis yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang umum dikenal sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik.
  • Kognitif merujuk pada sifat rasionalnya
  • Afektif merujuk pada emosionalnya
  • Psikomotorik merujuk pada gerakan-gerakan fisik dalam berperilaku


Kesimpulan

Dilihat dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa sebab-akibat menjadi faktor penting untuk mencari penjelasan kenapa perilaku itu tercipta.

Psikologi bukanlah sebuah ilmu pasti, seperti matematika jika 1 + 1 = 2, akan tetapi lebih kepada kenapa bisa menjadi 2. Dengan kata lain ilmu ini berdasarkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku manusia. Contoh adalah dalam dunia kerja adalah apakah penyebab seorang karyawan memiliki kinerja yang sangat buruk, mungkin karena permasalahan gaji atau mungkin permasalahan atasan disana dalam memimpin karyawannya.

Contohnya lainnya kenapa seseorang menangis. Apakah karena dipukul, atau karena dimarahi tidak mengerjakan PR, dan masih banyak lagi yang mungkin menjadi penyebabnya.

Contoh yang lebih ekstrem lagi adalah kenapa tersangka melakukan sebuah pembunuhan, ada banyak faktor yang mungkin menjadi penyebabnya seperti, membela diri atau dendam.

Ilmu psikologi akan muncul dari sebuah penelitian mengenai perilaku manusia dan mencari tahu sebab dari perilaku manusia tersebut, bukan hanya sekedar menduga-duga. Jadi perlu melakukan sebuah penelitian terlebih dahulu atau melihat dari penelitian yang sudah ada, untuk dijadikan sebuah acuan seperti yang pernah saya jelaskan disini.

Satu hal yang penting disini adalah seseorang tidak akan bisa mendiagnosis dirinya sendiri (self diagnosis) atau mendiagnosa orang yang dekat dengannya, bahkan seorang psikolog sekalipun, karena akan menggunakan perasaannya yang akan mengacaukan diagnosa nya.


No comments:

Post a Comment

Mohon Gunakan Kata-Kata yang Sopan.

All rights reserved.